Keesokan harinya, Bandung masih memikirkan kejadian kemarin. Ia takut jika terjadi sesuatu kepada orang yang telah ia tabrak kucingnya kemarin. Ia tidak berani menceritakan kejadian itu kepada ibunya. Ia takut ibunya akan khawatir dengannya. Akhirnya ia memutuskan untuk merahasiakan kejadian itu kepada ibunya.
Hari telah berlalu. Bandung pun mulai melupakan kejadian itu. Ia mulai berkonsentrasi untuk menyelidiki siapa yang telah menabrak ayahmya. Setelah beberapa kali menyelidiki akhirnya ia menemukan ciri-ciri orang yang menabrak ayahnya. Ia kemudian mencari tahu alamat rumah orang tercebut.
“Apa benar ini alamat rumah orang yang telah menabrak ayahku? Tapi ini kan daerah yang kemarin aku menabrak kucing?” Bandung bertanya-tanya dalam hatinya. Kemudian Bandung menanyakan hal itu kepada seorang penjaga warung yang berada di dekat rumah orang itu.
“Oh, rumah itu. Itu rumahnya Pak Baka. Tapi beliau baru saja meninggal.”
“Meninggal? Meninggal karena apa, Pak?”
“Denger-denger sih beliau terkena serangan janntung setelah kucingnya ditabrak sama anak laki-laki yang nggak dikenal.”
“Kucingnya ditabrak sama anak laki-laki?” Bandung kembali bertanya-tanya dalam hati. “Ee.. makasih ya, Pak.” Kata Bandung kepada penjaga warung itu. Kemudian ia kembali ke rumahnya dengan dihujani sejuta pertanyaan.
Di rumahnya, ia masih bertanya-tanya, apakah orang itu yang kucingnya ia tabrak dulu? Jika memang itu benar, jadi ia tak perlu bersusah payah membalaskan dendam ayahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar