Di sebuah perumahan yang elite hiduplah seorang remaja bernama
Bandungy Prakoso. Ia tinggal bersama
ibunya. Mereka tak lama pindah ke perumahan itu. Penyebab kepindahan mereka
adalah karena ayahnya yang belum lama meninggal. Ayahnya, Pak Pengging
meninggal karena sebuah kecelakaan, namun pelaku utama kecelakaan itu masih
belum diketahui sampai sekarang.
Suatu hari Bandung bertanya
kepada ibunya.
“Ibu, aku merasa kesepian
sepeninggal ayah. Semenjak kepergian ayah, tidak ada lagi canda gurau ayah yang
selalu menemani kita ketika kita berkumpul semua. Apakah ibu juga merasakan
perasaan yang sama dengan ku?” tanya Bandung dengan muka bersedih.
“Anakku, sebenarnya ibu juga
merasa kesepian sepeninggal ayahmu. Ibu sangat merindukan ayahmu. Namun, itu
semua tidak menjadi masalah lagi bagi ibu selama kamu masih berada di sisi
ibu.” Jawab ibu dengan penuh kasih sayang.
“Maafkan Bandung ibu. Bandung tak
tahu kalau ibu juga merasakan hal yang sama dengan Bandung. Tak sepantasnya
Bandung berbicara itu kepada ibi dan membuat ibu bersedih.”
“Tidak, anakku. Kamu tidak salah.
Sudah selayaknya kamu bersedih karena kepergian ayahmu. Namun, ada satu hal
yang harus kamu ingat, anakku. Kamu masih punya ibu, ada ibu di sini yang akan
selalu menemanimu. Kamu juga masih muda anakku, kamu masih memiliki banyak
impian yang harus kamu wujudkan. Jadi, jangan jadikan kepergian ayahmu sebagai
akhir dari impianmu. Ayahmu melihatmu dari surga. Ayahmu akan bahagia jika kau
juga bahagia dan dapat meraih semua impianmu.” Ibu berusaha menenangkan Bandung dan memberi motivasi baginya.
“Baiklah ibu. Bandung akan
berusaha untuk meraih impian Bandung.”
Ibupun tersenyum dan bahagia
melihat Bandung yang kembali bersemangat untuk meraih cita-citanya.
“Bandung, hari sudah larut malam.
Sebaiknya kamu segera beristirahat di kamarmu.”
“Baik ibu.” Bandungpun menuruti
perkataan ibunya dan kemudian pergi ke kamarnya.
Di kamarnya, Bandung tidak
langsung tidur. Ia masih memikirkan kepergian ayahnya. Sambil memainkan rubik
kesayangannya, ia berpikir, siapakah orang yang tak bertanggung jawab yang
telah menabrak ayahnya. Ia juga berniat untuk mencari tahu sendiri siapa
pelakunya, karena polisi telah menutup perkara kecelakaan itu.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar