Sementara itu, di perumahan yang sama tetapi dalam kompleks
yang berbeda. Hiduplah seorang putri nan cantik jelita. Namanya ialah Rara
Jeihan. Ia tinggal hanya bersama ayahnya. Ibunya telah meninggal sejak ia masih
kecil. Selama ia tinggal bersama ayahnya, ia selalu dimanja. Apapun yang ia
inginkan pasti dipenuhi oleh ayahnya. Ayahnya sangat menyayanginya, begiitupula
dengan Rara, ia juga sangat menyayangi ayahnya.
Saat ini Rara
sedang bersekolah di SMA Putra Bangsa. Di sana ia memiliki teman-teman yang
juga menyayanginya. Ini karena Rara adalah anak yang baik hati dan suka menolong teman-temannya yang kesusahan. Ia
juga tergolong anak yang cerdas.
Suatu hari
ketika hari libur, Rara meminta izin kepada ayahnya untuk pergi bersama
teman-temannya.
“Ayah, Rara
pergi dulu ya.” Pamitnya kepada ayahnya.
“Mau kemana,
Ra?”
“Emm.. mau
jalan-jalan sama temen-temen.”
“Sama Neza dan
Sinta?” tanya ayashnya lagi.
“Iya. Boleh kan
yah?”
“Iya, tentu
saja. Hati-hati ya.”
“Baik, ayah.”
Ayahpun mengantar Rara hingga ia meghilang dari pandangannya.
Kali ini Pak
Baka sendirian di rumah. Ia pun kemudian masuk ke kamar. Di kamar, ia tampak
merenung memikirkan sesuatu. Ia memikirkan kejadian beberapa bulan yang lalu,
ketika ia tak sengaja menabrak seseorang. Waktu itu Pak Baka yang sedang
menyetir menerima telepon dari rekan bisnisnya. Karena terlalu terfokus dengan
teleponnya, beliau tidak sadar di depannya sedang ada mobil yang melintas dari
sebuag tikungan.
Pak Baka yang
merasa ketakutan langsung pergi meninggalkan tempat kejadian. Tak ada orang
lain yang mengetahui, kecuali seorang pedagang cobek keliling yang saat itu
sedang melintas di jalan itu. Pak Baka juga tidak menceritakan kejadian ini
kepada Rara putrinya. Ia takut Rara akan
khawatir jika mendengar kejadian itu.
Tak berapa lama
kemudian terdengar suara ricuh di luar. Ia pun mengira itu perbuatan kucing
kesayanngannya, Cio. Pak Baka pun akhirnya memeriksa keadaan di luar,
“Cio.. Cio..
puss.. puuss.. dimana kamu?” pak Baka mencari kucing kesayangannya kesana
kemari, di bawah kolong meja, di bawah kursi, namun tak ia temukan. “Oh, ternyata kamu disana.”
Kata Pak Baka setelah menemukan kucingnya yang tengah berada di halaman depan.
Tetapi setelah di dekati oleh Pak Baka, Cio malah lari ke jalan.
Sementara itu,
Bandung yang sedang asik mengendarai motornya sambil menikmati cuaca cerah di
hari itu tidak memperhatikan keadaan di depannya.
“Cio.. hei!
Jangan lari..” teriak Pak Baka kepada kucingnya yang berlari.
“heiii!!! Awaaaaass!!!” Bandung berteriak memperingatkan Pak Baka yang tengah berlari mengejar kucingnya.
“heiii!!! Awaaaaass!!!” Bandung berteriak memperingatkan Pak Baka yang tengah berlari mengejar kucingnya.
Bandung yang
ingin menghindari Pak Baka yang tengah berlari mengejar kucingnya ternyata
malah menabrak kucing dari Pak Baka. Cio kucing itu terkapar berdarah, dan Cio pun langsung meninggal.
“Cio.. Cio..” teriak Pak Baka
yang mengetahui kucingnya telah terkapar
di tengah jalan. Namun, tiba-tiba dada Pak Baka terasa sangat sakit.
“Arrgghh..” kata Pak Baka setengah berteriak menahan rasa sakit.
“Om.. om.. om tidak kenapa-kenapa
kan? Om.. om..!! Wah, gimana ini? Aku harus cepat-cepat pergi dari sini.” Bandung
pun kemudian berlalu meninggalkan Pak Baka dan kucingnya yang telah meninggal.
“Hei! Kamu
apakan orang itu?” teriak seorang
tetangga yang mengetahui kejadian itu. Bandung pun semakin ketakutan dan
cepat-cepat meninggalkan tempat itu.
Tetangga tersebut
kemudian meminta tolong kepada yang lainnya untuk membawa Pak Baka ke rumah
sakit terdekat dan menghubungi Rara yang sedang ada di luar rumah. Rara yang
menerima telepon itu langsung menuju ke rumah sakit. Ia sangat panik setelah
mendengar ayahnya berada di rumah sakit.
“Ayah.. ayah
bangun ayah..” teriak Rara kepada ayahnya dengan suara terisak.
“Maaf Rara,
ayah kamu sudah tiada. Relakan dia, Rara. Beliau akan hidup bahagia di surga
bersama ibumu.” Kata tetangga yang telah menolong Pak Baka.
“Ayah saya
kenapa, Pak?”
“Kata dokter,
ayah kamu terkena serangan jantung.”
“Bagaimana bisa
ayah saya terserang serangan jantung?
Yang saya tahu salama ini, ayah saya selalu mmenjaga hidup sehat.”
“Saya juga
tidak tahu, Rara. Tadi pagi, ada seorang anak laki-laki seumuran dengan kamu
yang menabrak kucing kesayangan ayahmu. Tapi tiba-tiba ayahmu seperti merasa
kesakitan di dadanya dan kemudian pingsan.”
“Lalu siapa
anak lelaki itu? Apa saya kenal?” Orang itu kemudian menceritakan ciri-ciri
dari Bandung dan memberi tahu nomor motor yang dikendarainya saat itu.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar