RARA & BANDUNG (modern)

-Part 2-


Sementara itu, di perumahan yang sama tetapi dalam kompleks yang berbeda. Hiduplah seorang putri nan cantik jelita. Namanya ialah Rara Jeihan. Ia tinggal hanya bersama ayahnya. Ibunya telah meninggal sejak ia masih kecil. Selama ia tinggal bersama ayahnya, ia selalu dimanja. Apapun yang ia inginkan pasti dipenuhi oleh ayahnya. Ayahnya sangat menyayanginya, begiitupula dengan Rara, ia juga sangat menyayangi ayahnya.

          Saat ini Rara sedang bersekolah di SMA Putra Bangsa. Di sana ia memiliki teman-teman yang juga menyayanginya. Ini karena Rara adalah anak yang baik hati dan suka  menolong teman-temannya yang kesusahan. Ia juga tergolong anak yang cerdas.

          Suatu hari ketika hari libur, Rara meminta izin kepada ayahnya untuk pergi bersama teman-temannya.

          “Ayah, Rara pergi dulu ya.” Pamitnya kepada ayahnya.

          “Mau kemana, Ra?”

          “Emm.. mau jalan-jalan sama temen-temen.”

          “Sama Neza dan Sinta?” tanya ayashnya lagi.

          “Iya. Boleh kan yah?”

          “Iya, tentu saja. Hati-hati ya.”

          “Baik, ayah.” Ayahpun mengantar Rara hingga ia meghilang dari pandangannya.

          Kali ini Pak Baka sendirian di rumah. Ia pun kemudian masuk ke kamar. Di kamar, ia tampak merenung memikirkan sesuatu. Ia memikirkan kejadian beberapa bulan yang lalu, ketika ia tak sengaja menabrak seseorang. Waktu itu Pak Baka yang sedang menyetir menerima telepon dari rekan bisnisnya. Karena terlalu terfokus dengan teleponnya, beliau tidak sadar di depannya sedang ada mobil yang melintas dari sebuag tikungan.

          Pak Baka yang merasa ketakutan langsung pergi meninggalkan tempat kejadian. Tak ada orang lain yang mengetahui, kecuali seorang pedagang cobek keliling yang saat itu sedang melintas di jalan itu. Pak Baka juga tidak menceritakan kejadian ini kepada Rara putrinya.  Ia takut Rara akan khawatir jika mendengar kejadian itu.

          Tak berapa lama kemudian terdengar suara ricuh di luar. Ia pun mengira itu perbuatan kucing kesayanngannya, Cio. Pak Baka pun akhirnya memeriksa keadaan di luar,


          “Cio.. Cio.. puss.. puuss.. dimana kamu?” pak Baka mencari kucing kesayangannya kesana kemari, di bawah kolong meja, di bawah kursi, namun  tak ia temukan. “Oh, ternyata kamu disana.” Kata Pak Baka setelah menemukan kucingnya yang tengah berada di halaman depan. Tetapi setelah di dekati oleh Pak Baka, Cio malah lari ke jalan.

          Sementara itu, Bandung yang sedang asik mengendarai motornya sambil menikmati cuaca cerah di hari itu tidak memperhatikan keadaan di depannya.

          “Cio.. hei! Jangan lari..” teriak Pak Baka kepada kucingnya yang berlari.

          “heiii!!! Awaaaaass!!!” Bandung berteriak memperingatkan Pak Baka yang tengah berlari mengejar kucingnya.


          Bandung yang ingin menghindari Pak Baka yang tengah berlari mengejar kucingnya ternyata malah menabrak kucing dari Pak Baka. Cio kucing itu terkapar berdarah,  dan Cio pun langsung meninggal.

“Cio.. Cio..” teriak Pak Baka yang  mengetahui kucingnya telah terkapar di tengah jalan. Namun, tiba-tiba dada Pak Baka terasa sangat sakit. “Arrgghh..” kata Pak Baka setengah berteriak menahan rasa sakit.

“Om.. om.. om tidak kenapa-kenapa kan? Om.. om..!! Wah, gimana ini? Aku harus cepat-cepat pergi dari sini.” Bandung pun kemudian berlalu meninggalkan Pak Baka dan kucingnya yang telah meninggal.

          “Hei! Kamu apakan orang  itu?” teriak seorang tetangga yang mengetahui kejadian itu. Bandung pun semakin ketakutan dan cepat-cepat meninggalkan tempat itu.

          Tetangga tersebut kemudian meminta tolong kepada yang lainnya untuk membawa Pak Baka ke rumah sakit terdekat dan menghubungi Rara yang sedang ada di luar rumah. Rara yang menerima telepon itu langsung menuju ke rumah sakit. Ia sangat panik setelah mendengar ayahnya berada di rumah sakit.

          “Ayah.. ayah bangun ayah..” teriak Rara kepada ayahnya dengan suara terisak.

          “Maaf Rara, ayah kamu sudah tiada. Relakan dia, Rara. Beliau akan hidup bahagia di surga bersama ibumu.” Kata tetangga yang telah menolong Pak Baka.

          “Ayah saya kenapa, Pak?”

          “Kata dokter, ayah kamu terkena serangan jantung.”

          “Bagaimana bisa ayah saya terserang serangan  jantung? Yang saya tahu salama ini, ayah saya selalu mmenjaga hidup sehat.”

          “Saya juga tidak tahu, Rara. Tadi pagi, ada seorang anak laki-laki seumuran dengan kamu yang menabrak kucing kesayangan ayahmu. Tapi tiba-tiba ayahmu seperti merasa kesakitan di dadanya dan kemudian pingsan.”

          “Lalu siapa anak lelaki itu? Apa saya kenal?” Orang itu kemudian menceritakan ciri-ciri dari Bandung dan memberi tahu nomor motor yang dikendarainya saat itu.


*****


part 1 part 2 part 3 part 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar